Sejarah Tugu Jati Bedug, tapal batas tiga Kabupaten
Administrator 18 Maret 2021 20:35:02 WIB
Tugu Ireng atau Tugu watu begitulah orang orang menyebut Tugu Jatibedug yang terbuat dari susunan batu putih dan perekatnya. Berdiri di tengah jalan raya Manyaran Kelir dengan tinggi 4 meter serta diameternya 2 meter masih berdiri kokoh sampai sekarang. Pada hari pasaran jawa Wage Legi terjadi pertemuan penjual dan pembeli hasil tani maupun kebutuhan sehari-hari yang disebut Pasar Tugu. Pada Zaman dahulu pasar ini cukup ramai dan memakan badan jalan, tapi sekarang sudah berkurang drastis seiring perkembangan jalan. Hanya menyisakan beberapa pedagang saja yang juga mulai tua termakan usia Brad’s, bila tak ada penerusnya memang bisa punah.
Selain itu saat Lebaran tempat ini juga ramai sebagai titik kumpul para pelancong yang merayakan lebaran, dan berakhir pada tahun 90an Brad’s. Saat itu berkumpul disini saat lebaran sudah cukup menghibur dan sangat menyenangkan, tak perlu jauh jauh dah.
Dinamai Jatibedug menurut sejarahnya berawal dari Raden Mas Said atau masa mudanya Mangkunegaran 1 yang selesai bertapa. Yaitu didaerah Tapan dan Banyubiru yang tertidur pulas sambil menggenggam Janggleng atau biji jati dan terjatuh ketanah saat ia tertidur. Saat terbangun Janggleng telah tumbuh menjadi pohon Jati Raksasa berdiameter 4 meter di wilayah yang zaman dahulu masih hutan. Saat pohon jati tumbang dibuatlah Prasasti atau monumen yang waktu dan pembangunanya tak duketahui dengan jelas. Tempat ini juga sebagai batas Wilayah antara Kerajaan Mangkunegaran dan Kasultanan Yogyakarta sampai sekarang masih berlaku. Tugu ini berada di Sultan Ground yaitu sisi selatan Tugu adalah Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta. Sebelah Timur masuk Kabupaten Wonogiri dan Utara Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah.
Sebagai tetenger atau prasasti ditanah Jawa tentu tak terlepas dari cerita mistis dengan Kearifan lokalnya. Zaman dahulu masih ada yang pasang sesaji disini dalam berbagai macam acara baik desa maupun hajatan pribadi. Dan Tugu ini tak bisa di fotto hanya akan terlihat seperti berkabut, tapi seiring perubahan zaman sekarang bisa diambil gambarnya. Sempat juga direnovasi atau dirapikan dengan semen, tapi akhirnya dibongkar lagi karena suatu hal yang membuatnya tampil apa adanya.
Sempat beberapa kali ditabrak mobil dan hampir patah, bahkan kemarin nyaris dirobohkan saat ditabrak Avanza dan pengemudinya meninggal dunia. Kemudian Tugu mendapat perbaikan hingga kembali tegak sampai saat ini meski tanpa Pondasi. Harapanya Tugu ireng ini tetap terjaga dan lestari dengan semua kenanganya, dan semoga tak ada kecelakaan yang melibatkanya.
(sumber : https://fightomotive.com/sejarah-tugu-jati-bedug-tapal-batas-tiga-kabupaten/)
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- Rakor akhir tahun, Pemkal Rejosari gelar sambung rasa dengan seluruh RT/RW.
- Raih suara terbanyak dalam voting, Heriyadi siap menahkodai karang taruna Rejosari.
- Perkuat implementasi nilai-nilai budaya, Pemkal Rejosari gelar Rembug Budaya.
- Musim Enthung berlalu, kini saatnya keong sawah tampil menggoyang lidah.
- Kebut penyusunan RAPBKal tahun 2025, Pemkal Rejosari dan Bamuskal gelar rapat kordinasi.
- Salur BLT Dana Desa Kalurahan Rejosari Tahun 2024.
- Forum Keistimewaan Kapanewon Semin, tingkatkan kualitas komunikasi menuju masyarakat yang berbudaya.